Refleksi Tahun Baru Hijriyah: Hijrah dan Harakah


Oleh: Prof. Dr. H. Ridwan, M.Ag.
Rektor UIN Saizu Purwokerto

Tahun Baru Hijriyah bukan sekadar momentum seremonial tahunan, melainkan ruang reflektif yang menyimpan pesan mendalam tentang pergerakan dan perubahan.

Diskusi dan perdebatan ilmiah-akademik di antara para sahabat tentang kapan ummat Islam memulai penanggalan tahun barunya menyiratkan pesan tradisi intelektual yang hidup dalam masyarakat yang berkeadaban.

Ada sahabat yang mengusulkan dimulainya penanggalan Tahun Baru Hijriyah dari peristiwa lahirnya Nabi, hari wafatnya Nabi, penaklukan kota Makkah atau Hijrahnya Nabi.

Memilih peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah menjadi penghitungan awal kalender tahun baru Islam memberikan pesan mendalam tentang prinsip gerak dalam kehidupan.

Gerak atau harakah menjadi penanda dasar bahwa manusia masih hidup dan kualitas kehidupan manusia juga ditentukan oleh kualitas gerakannya.

Pergerakan Nabi secara fisik dari suatu tempat (Makkah) ke tempat lain (Madinah) sejatinya juga menggerakan secara psikis-spiritual untuk sebuah cita-cita perubahan.

Spirit dinamisme yang ada pada diri seseorang menjadi sumber energi penting yang melahirkan gagasan, perencanaan, dan pelaksanaan sebuah cita-cita besar.

Pergerakan Sinergis dan Kolaboratif

Terdapat narasi sejarah yang kadang tidak dibaca sebagai satu kesatuan peristiwa yang membentuk lahirnya peristiwa bersejarah hijrah yaitu suatu pergerakan kolektif yang bersifat sinergis kolaboratif diantara para aktor sejarah hijrah.

Hijrah sebagai sebuah Langkah besar, pasti digerakan oleh cita-cita besar, energi besar dan jiwa yang besar.

Proses hijrah tidak hanya melibatkan Nabi saja, tetapi generasi tua (senior) yaitu Abu Bakar sebagai pendamping setia Nabi, pemuda Ali bin Abi Thalib yang menggantikan posisi tidurnya Nabi, ada kaum perempuan yaitu asma puteri Abu Bakar bagian suplay logistic.

Ada juga kelompok pengembala kambing yang bertugas menghapus jejak perjalanan Nabi agar tidak terlacak oleh kejaran kafir quraisy dan juga peran orang non muslim Abdullah ibnu Uraiqith yang bertugas sebagai penunjuk jalan menuju Yasrib.

Gerakan Multi Varian

Narasi historis ini memberi pesan bahwa cita-cita besar haruslah ditopang oleh besarnya gerakan yang diorkrestasi  oleh seorang leader hebat Sang Nabi dan semua elemen masyarakat lintas generasi, jenis kelamin, bahkan lintas agama terlibat dalam satu visi yang sama.

Demikian juga jalur lintasan perjalanan menuju Yasrib juga bukan jalur yang biasa dilalui oleh orang, tetapi jalur alternatif. Hal ini juga perlu dimaknai bahwa kesuksesan juga lahir dari gagasan yang tidak linier dan tunggal tetapi perlu opsi-opsi yang kreatif dan anti mainstream.

Narasi sejarah bagaimana alur hijrahnya Nabi memberikan makna dan pesan yang sungguh agung untuk pencapaian rencana dan cita-cita besar. Begitulah membangun sebuah peradaban baru.

Tanpa adanya visi yang sama, kerjasama sinergis semua kalangan yang tua, muda, laki-laki perempuan, muslim dan non muslim, maka perjuangan tidak akan berhasil.

Kebersamaan, kerjasama dan sama -sama kerja dalam satu cita-cita adalah kunci sebuah kesuksesan membangun peradaban.

Aktivisme dan Dinamisme

Hijrah hakikatnya merupakan sebuah semangat untuk melakukan perubahan (transformation). Manusia yang “berpindah", diharapkan juga mengusung semangat “perubahan" menuju kehidupan yang semakin baik, indah, dan bermakna.

Hakikat hidup adalah selalu bergerak, berubah, dan dinamis. Untuk itu, siapa pun (khususnya umat Islam) yang ingin mewarisi semangat “hijrah" harus mempunyai gairah untuk terus mencari hal-hal yang baru, baik, dinamis, dan progresif dalam kehidupan dengan cara memelihara hal lama yang baik dan mencari hal baru yang lebih baik.

Mengutip kata-kata Cendekiawan Muslim Muhammad Iqbal, “Sekali berhenti, berarti mati."  Iqbal mengajak manusia untuk terus-menerus aktif-dinamis mencari hal-hal baru yang segar, orisinal, dan inovatif.

Jangan pernah berhenti berpikir, bergerak, dan mencari, karena di dalamnya ada semangat hidup. ***


https://uinsaizu.ac.id/refleksi-tahun-baru-hijriyah-hijrah-dan-harakah-1843