
Kembangkan Budaya Lokal, LK Nura Gelar Temu Sastra
Purwokerto – Lembaga Kajian Nusantara Raya (LK Nura) menggelar kegiatan Temu Sastra Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA) (28/072022). Acara tersebut digelar atas kerja sama antara LK Nura dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa RI dan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan dengan tema “Roh Kedaerahan dalam Pertumbuhan Sastra Indonesia” ini diikuti oleh 300 peserta secara daring dan luring. Kegiatan luring digelar di Hall Perpustakaan UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri, sementara kegiatan daring disiarkan melalui Zoom Meeting dan siaran langsung di kanal youtube uinsaizu_official.
Hadir dalam acara tersebut Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Dr. Muh. Abdul Khak, M. Hum. beserta jajaran stafnya; Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Dr. Ganjar Harimansyah beserta jajaran stafnya; dan Rektor UIN SAIZU, Prof. Dr. H. Moh. Roqib, M. Ag. Hadir pula Ahmad Tohari, budayawan dan penulis sastra asal Banyumas; Dr. Heru Kurniawan, Dosen UIN SAIZU dan penulis; serta Dimas Indiana Senja, alumni Program Penulisan Mastera sebagai pemateri dalam kegiatan Temu Sastra tersebut.
Dalam sambutan pembukanya, Rektor UIN SAIZU menyambut baik kegiatan perdana yang dilaksanakan oleh LK Nura sebagai salah satu lembaga baru di lingkungan UIN SAIZU. LK Nura merupakan lembaga yang mengkaji dan menyiarkan gagasan dan penelitian di bidang bahasa, sastra, dan budaya nusantara raya.
“Kegiatan ini menjadi realisasi dari MoU yang telah kita teken awal tahun ini dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa RI dan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah. Kami berharap UIN SAIZU dapat menjadi kampus yang mewadahi serta mengembangkan warna lokalitas, khususnya penginyongan, dalam khazanah sastra di Indonesia,” tutur Rektor UIN SAIZU.
Senada dengan harapan Rektor UIN SAIZU, Dr. Muh. Abdul Khak menyampaikan bahwa unsur kedaerahan yang sangat mewarnai pertumbuhan sastra Indonesia mesti terus dijaga.
“Melalui Temu Sastra ini semangat kedaerahan dalam keindonesiaan dapat menjadi pendorong para sastawan muda untuk kembali menggali akar tradisi sebagai latar proses kreatif dan penciptaan karyanya,” katanya.
Dalam sesi pemaparan materi, para pemateri secara bergiliran menyampaikan gagasannya seputar lokalitas dan perannya dalam karya sastra. Ahmad Tohari menyebut sejak dulu hingga kelak di masa yang akan datang, warna lokalitas kedaerahan merupakan hal yang akan selalu tumbuh dalam dunia sastra Indonesia. Karyanya yang melegenda misalnya, Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk adalah contoh nyata. Selain itu ada sederet nama penulis senior hingga penulis muda di zaman kiwari yang masih setia mengangkat tema-tema kedaerahan.
Dr. Heru Kurniawan membahas mengenai sastra anak dan tema lokalitas yang berjarak. Menurutnya salah satu persoalan yang muncul di dunia sastra anak di Indonesia adalah tidak berbasis pada estetika lokalitas tetapi berorientasi pada pragmatism edukatif.
Dimas membahas mengenai persoalan kedaerahan dalam dunia para penulis muda.
“Kaum muda punya sisi yang amat kontradiktif antara lagu-lagu dengan bahasa daerah yang mereka simak dengan pilihan tema yang mereka pilih yaitu jauh dari tema lokalitas,” ungkapnya. (Humas 2022)