Dosen UIN Saizu Purwokerto lakukan pengabdian masyarakat melalui Pelatihan Storytelling Babad Banyumas
Purwokerto- Sektor pariwisata merupakan sektor strategis yang dapat mendorong kesejahteraan dan kemajuan perekonomian wilayah. Sektor ini mampu telah menciptakan jutaan pekerjaan dan bisnis, mendorong kelestarian warisan alam dan budaya yang memastikan generasi mendatang terus bisa menikmatinya. Pasca pandemi Covid19 yang menghantam perekonomian, Pemerintah mencanangkan arah baru kebijakan pembangunan, perencanaan dan promosi pariwisata nasional berpijak pada storynomics tourism sebagai strategi quick win. Storynomics tourism merupakan konsep pariwisata yang mengandalkan kekuatan cerita untuk menambah daya pikat destinasi wisata dan atraksinya (Kemenparekraf/Baparekraf RI, 2021). Strategi ini selain dapat mengembalikan geliat sektor pariwisata yang sempat ambruk terimbas pandemi Covid19, sekaligus sangat sejalan dengan di era industri 4.0 yang ditopang oleh kemajuan teknologi digital. Media foto, film, sosial media, animasi hingga teknologi virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) adalah sarana-sarana yang dapat dimanfaatkan dalam storynomics tourism.
Potensi wisata sejarah dan budaya di kabupaten Banyumas sesungguhnya cukup besar (Priyono & Dadan, 2016). Namun saat ini belum nampak berkembang. Potensi ini terutama melekat pada kawasan kota lama Banyumas dan sekitarnya yang sekarang masuk dalam wilayah administratif kecamatan Banyumas. Di kawasan ini terdapat banyak cagar budaya warisan sejarah baik berupa benda, bangunan dan strukturnya, situs dan kawasan itu sendiri yang penuh dengan nilai sejarah (Bappedalitbang Kabupaten Banyumas, 2021). Potensi wisata sejarah di kawasan Banyumas lama ini didukung dengan adanya warisan naskah kuno Babad Banyumas yang jumlahnya tidak kurang dari 65 versi atau varian (Sugeng Priyadi). Naskah ini meurpakan sumber narasi sejarah yang sangat kaya untuk diceritakan. Terlebih, sekarang Babad Banyumas telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh budayawan lokal Nasirun Purwokartun sehingga lebih mudah dipahami kisah dan hikmahnya.
Pendekatan storynomics tourism tidak bisa berdiri sendiri melainkan membutuhkan kolaborasi lintas sektor untuk terlibat, mulai dari kementerian dan lembaga terkait, pemerintah daerah, dan komunitas lokal seperti pokdarwis dan bumdes untuk mengelola destinasi wisata (Irfan Wahid, Tribunnews.com, 2019). Perguruan tinggi juga termasuk yang harus menjadi bagian yang harus berperan aktif dalam kolaborasi pentahelix ini melalu fasilitasi edukasi, penguatan kapasitas dan pendampingan khususnya bagi komunitas lokal.
Strategi Storynomics membutuhkan SDM yang tidak saja memahami tentang pengelolaan layanan wisata, namun lebih dari itu juga memiliki literasi sejarah dan budaya Banyumas sekaligus kemampuan narasi storytelling yang memadai. Namun pelatihan terkait penguatan SDM pariwisata khususnya pada masyarakat lokal masih terbatas. Menyadari hal ini, Dosen UIN Saizu Purwokerto terpanggil untuk melakukan pengabdian guna mengembangkan kapasitas kepariwisataan komunitas lokal terutama pada aspek literasi dan kompetensi yang mendukung storynomics tourism.
Pengabdian masyarakat ini diwujudkan dalam bentuk pelatihan Oral Storytelling (mendongeng) dan Digital Storytelling (Fotografi dan Videografi) dengan konten cerita Babad Banyumas, dengan narasumber Nasirun, penulis dongeng Babad Banyumas dan pegiat literasi sejarah lokal dan Taufan Wijaya, S.Sos, M.A., dosen sekaligus ekspertis Digital Storytelling dari Universitas Multimedia Nusantara Tangerang (Kompas grup). Pelatihan mendongeng diikuti oleh guru-guru Paud, TK dan SD, sementara pelatihan fotografi dan videografi mengundang pemuda-pemudi pengerak dewa wisata yang kesemuanya tinggal di sekitar kecamatan Banyumas. Tim Abdimas diketuai oleh Dani Kusumastuti, M.Si yang merupakan dosen Ekonomi dan beranggotakan Oki Edi Purwoko, M.Si yang merupakan dosen Komunikasi, dibantu asisten lapangan dari mahasiswa yaitu: Anung Galih Sutanto dan Rehan Raffi Rahmandhika dari FEBI dan Moersito Al Ghifany dan Deeva Firdaus Irfanda dari fakultas Dakwah. Meski kegiatan berlangsung masing-masing sehari penuh (pukul 08.00 hingga pukul 16.00), peserta antusias dan mengikuti kegiatan dengan baik hingga selesai. Sebagai tindak lanjut, dibentuk komunitas storytelling cerita Babad Banyumas dengan memanfaatkan whatsapp grup untuk komunikasi dan kordinasi dan kegiatan berikutnya berupa diskusi rutin dan eksplorasi bersama.